Senin, 21 November 2016

3KA22 : TUGAS 1 Peng. Tekn. Sistem Cerdas #

Nama : Rindy Rosandia
Npm/Kelas : 19114430/ 3KA22
Matakuliah : Pengantar Teknologi Sistem Cerdas #



PERANCANGAN  SISTEM  INFORMASI  REKAM  MEDIS PASIEN  PADA  RUMAH  SAKIT  DENGAN  MENGGUNAKAN RFID ( RADIO  FREQUENCY  IDENTIFICATION) BERDASARKAN  HASIL  REVIEW  DARI  RINDY  ROSANDIA

A. BIDANG YANG DIKEMBANGKAN
Bidang yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah aplikasi yang bertujuan sebagai sistem pendataan pasien rumah sakit dan menciptakan sistem pelayanan pblik yang modern. Dengan menggunakan RFID bisa mengontrol data yang sudah terdaftar.

B. MASALAH
Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan jasa di bidang
kesehatan yang membutuhkan pendataan yang sangat akurat dan efisien dalam
menangani pasien. Terkadang terjadinya malpraktek disebabkan oleh
pendataan pasien yang kurang lengkap. Karena itu rumah sakit dituntut untuk
dapat menciptakan sistem pelayanan publik yang dapat memberikan
kemudahan, seperti mengatur level pemakaian obat agar tidak keliru,
mengurangi kesalahan yang berhubungan dengan konfirmasi oral dan
pemasukan data manual terhadap data identitas pengobatan.
RFID (Radio Frequency Identification) adalah identifikasi berbasis
gelombang radio. Teknologi ini dapat mengidentifikasikan berbagai objek
secara simultan tanpa diperlukan kontak langsung. Dengan sistem ini membantu
verifikasi terpenuhinya 5 prinsip keamanan pengobatan : pasien, pengobatan, penginapan, dosis, waktu, dan jalur yang tepat.

C. SOLUSI
Sistem Rekam Medis pada Pasien ini bisa menjadi suatu media yang dapat memberitahu informasi kepada pasien agar tidak keliru mengatur level pemakaian obat dan mendata identitas pengobatan karna sudah terdata dalam sistem rekam medis. Aplikasi ini menggunakan metode kepastian yang memberikan kepercayaan terhadap pasien.

D. EVALUASI
Mengapa saya tertarik dengan pembahasan ini karena, berdasarkan analisis dan perancangan teknologi RFID digunakan pada sistem informasi rekam medis pasien, sebagai sistem pelayanan informasi berupa identitas pasien. Dalam sistem ini digunakan RFID Reader ID-12, dirancang dan dibangun untuk sistem RFID dan media komunikasi serial untuk mengirimkan informasi data ID number pasien dari ruangan ke bagian PC monitoring. Pembangunan software sistem infomasi menggunakan bahasa pemograman JAVA dan MySQL untuk database. Hasil pengujian dari sistem ini diperoleh melalui pengambilan data tag RFID, dan menunjukkan bahwa data yang diterima sesuai dengan yang dikirim.

E. KONTRIBUSI
Bermanfaat, karena sangat efisien. Semua yang dikerjakan cepat mudah terdata karena memakai teknologi yang mudah dimengerti dan tidak menggunakan cara manual yang rumit.

F. CRITICAL THINKING
Menurut saya dampak positif dari sistem informasi rekam medis pada pasien ini sangat bagus untuk kedepannya, karna semakin lama dunia semakin maju dan berkembang begitupula dengan teknologi yang semakin lama semakin canggih. Dengan adanya ini kita tidak lagi  mendata riwayat pasien dan segala keperluarnnya dengan cara yang manual.

G. DAFTAR PUSTAKA
[1] Advance Card System Ltd, “Software Development Kit User
Manual ACR 120U Reader/Writer”, April 2006
Tugas Akhir - 2008
Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi

[2] Advance Card System Ltd, “Technical Specification ACR 120
Reader/Writer”, April 2006

[3] Advance Card System Ltd, “Application Programming Interface
ACR 120U Reader/Writer”, November 2005

[4] Advance Card System Ltd, “Guidelines in Porting Applications
From ACR 120S to ACR 120U and Vice-Versa ACR 120U
Reader/Writer”, November 2005

[5] Antono Dwi Danardono,“RFID Sebuah Teknologi Identifikasi
Pengancam Privasi“ INOVASI Vol.1/XVI/Agustus 2004

[6] Digiware Tim, ”Aplikasi RFID Reader ID-10”

[7] Digiware Tim, ”Pembacaan Format Data RFID”

[8] Ebizzasia, “Menghadapi Tantangan RFID di Asia”, article,
volume III no. 27, Juni 2005

[9] http://id.wikipedia.org/wiki/RFID

[10] NXP, “MF1 IC S50 Functional Specification”, Product Data
Sheet, 15 Januari 2007

[11] Prasetyo Dwi Didik, ”Aplikasi Database Client-Server
Menggunakan Delphi dan MySQL”, Desember 2003

[12] Rais Fouqil, “Perancangan Perangkat Lunak untuk Penggunaan
Sistem RFID pada Jalan Tol Padaleunyi, Tugas Akhir”, 2006

[13] Technologies Savi, “Part 1: Active and Passive RFID: Two
Distinct, But Complementary, Technologies for Real-Time Supply
Chain Visibility”, White Paper

Senin, 25 April 2016

2KA22 : TUGAS 3 Manajemen Layanan Sistem Informasi (SOFTSKILL)



The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
    Sejarah TOGAF
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah suatu kerangka kerja atau metode rinci dan satu set alat pendukung yang digunakan untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise. TOGAF dapat digunakan secara bebas oleh organisasi yang ingin mengembangkan suatu arsitektur enterprise yang akan digunakan dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Pada awalnya, TOGAF dikembangkan oleh anggota dari The Open Group, berasal dari forum architecture. Perkembangan awal dari TOGAF yaitu versi 1 yang dikeluarkan pada tahun 1995. Versi 1 TOGAF ini didasarkan pada Kerangka Arsitektur Teknis Manajemen Informasi (TAFIM), yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS (DoD). Departemen Pertahanan memberikan izin eksplisit kepada The Open Group untuk menciptakan TOGAF dengan membangun TAFIM yang merupakan hasil bertahun-tahun dari upaya proses pengembangan dengan investasi yang berasal dari pemerintah AS.

          Definisi TOGAF                                                   
TOGAF merupakan framework arsitektur-The Open Group Architecture Framework merupakan metode untuk merancang, mengevaluasi, dan membangun arsitektur yang tepat untuk suatu organisasi
Kunci untuk TOGAF adalah Metode Pengembangan Arsitektur (ADM), metode yang telah terbukti untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise IT yang memenuhi kebutuhan bisnis.

          Definisi Arsiektur
Definisi arsitektur yang digunakan dalam ANSI / IEEE Std 1471-2000 adalah: "Organisasi dasar dari sebuah sistem, yang diwujudkan dalam komponen-komponennya, hubungan mereka satu sama lain dan lingkungan, dan prinsip-prinsip yang mengatur desain dan evolusi."
Pada saat ini, TOGAF tidak benar-benar mengikuti ANSI / IEEE Std 1471-2000 terminologi. Dalam TOGAF, "arsitektur" memiliki dua makna tergantung pada penggunaan kontekstual nya:
1. Sebuah deskripsi formal dari suatu sistem, atau rencana rinci dari sistem pada       tingkat komponen untuk memandu pelaksanaannya
      2. Struktur komponen, hubungan antar komponen, dan prinsip-prinsip dan pedoman yang mengatur desain dan evolusi dari waktu ke waktu.
Dalam TOGAF mencakup keseimbangan antara mempromosikan konsep dan terminologi ANSI / IEEE Std 1471-2000 – yang memastikan bahwa penggunaan ini merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh ANSI / IEEE 1471-2000 konsisten dengan standar.

          Jenis Arsitektur di dalam TOGAF (domain)
Ada empat jenis arsitektur yang secara umum diterima sebagai bagian dari arsitektur perusahaan secara keseluruhan, yang semuanya menggunakan TOGAF yang didukung:
1.      Business Process Architecture - mendefinisikan strategi bisnis, pemerintahan, organisasi, dan proses bisnis utama.
  1. Data Architecture - menjelaskan struktur aset data logis dan fisik organisasi dan sumber daya manajemen data.
  2. Aplication Architecture - menyediakan cetak biru untuk sistem aplikasi individu untuk digunakan, interaksi mereka, dan hubungan mereka dengan proses bisnis inti organisasi.
  3. Technical Architecture - menjelaskan software logis dan kemampuan perangkat keras yang diperlukan untuk mendukung penyebaran bisnis, data, dan layanan aplikasi. Ini termasuk infrastruktur TI, middleware, jaringan, komunikasi, pengolahan, standar, dll.
         Keuntungan dari Menggunakan TOGAF
Setiap organisasi berusaha untuk mendesain dan implementasi arsitektur enterprise untuk mendukung aplikasi bisnis mission-critical, dengan menggunakan blok bangunan sistem terbuka.
Suatu perusahaan yang merancang dan mengimplementasikan arsitektur enterprise menggunakan TOGAF dipastikan bahwa desain dan spesifikasi pengadaan yang akan sangat memudahkan implementasi sistem terbuka, dan akan memungkinkan manfaat dari sistem terbuka bertambah untuk organisasi mereka dengan menurunkan risiko.

Bagian Utama di dalam TOGAF
TOGAF terdiri dari tiga bagian utama:
1.      TOGAF  Architecture Development Method (ADM), yang menjelaskan cara untuk mendapatkan suatu arsitektur enterprise organisasi-spesifik yang membahas kebutuhan bisnis. ADM menyediakan:
·         Dapat diandalkan, terbukti dapat mengembangkan arsitektur
·         Views arsitektur yang memungkinkan arsitek untuk memastikan bahwa permasalahan kompleks dapat ditangani
·         Kaitan dengan studi kasus praktis
·         Pedoman alat untuk pengembangan arsitektur

Struktur Pengembangan Arsitektur TOGAF (ADM)
Penjelasan:
Puncak dari Phase A akan menjadi Statement of Architecture Work, yang harus disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan sebelum tahap berikutnya. Output dari fase ini adalah untuk menciptakan sebuah visi arsitektur untuk dapat lulus dari siklus ADM. Analyst akan membimbing dalam memilih proyek, memvalidasi proyek terhadap prinsip-prinsip arsitektur yang telah dibuatkan pada Tahap Pendahuluan, dan memastikan bahwa para pemangku kepentingan telah diidentifikasi dan isu-isu mereka telah ditangani.
Visi Arsitektur dibuat dalam Phase A akan menjadi masukan utama sebagai tujuan pada Phase B. Pada Phasse B adalah untuk menciptakan baseline rinci, arsitektur target bisnis dan melakukan analisis lengkap dari kesenjangan yang terjadi. Phase B melibatkan pemodelan bisnis, analisis bisnis yang sangat rinci, dan dokumentasi persyaratan teknis. Kesuksesan Phase B memerlukan masukan dari banyak pihak. Outputnya akan menjadi penjelasan rinci tentang dasar dan tujuan target bisnis, dan deskripsi kesenjangan arsitektur bisnis.
Phase C untuk arsitektur sistem informasi, TOGAF mendefinisikan sembilan langkah
Phase D melengkapi arsitektur – teknik infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung arsitektur baru yang diusulkan. Fase ini selesai bila ada keterlibatan dengan tim teknis. Phase E  mengevaluasi berbagai kemungkinan pelaksanaan, mengidentifikasi proyek-proyek implementasi besar yang mungkin dilakukan, dan mengevaluasi peluang usaha yang berkaitan dengan proyek. Phase F berkaitan erat dengan Phase E. Pada fase ini, Analyst bekerja dengan Governance Body untuk mengurutkan proyek yang diidentifikasi dalam Phase E ke dalam urutan prioritas yang meliputi biaya, manfaat serta faktor-faktor risiko.

2.      The Enterprise Continuum, yang merupakan "gudang virtual" dari semua aset arsitektur, model, pola, deskripsi arsitektur, dll - yang ada baik di dalam perusahaan dan di industri TI pada umumnya, dimana perusahaan yang menganggap dirinya telah tersedia untuk mengembangkan arsitektur. 
3.      Resource Base, terdapat informasi mengenai guidelines, templates, checklists, dan latar belakng informasi. Selain itu, terdapat material pendukung yang dapat membantu arsitek di dalam penggunaan ADM.

 source by : http://harumindripermata.blogspot.co.id/2014/03/the-open-group-architecture-framework.html

Jumat, 18 Maret 2016

2KA22 : TUGAS 2 Manajemen Layanan Sistem Informasi (SOFTSKILL)



SIX SIGMA

Penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).
Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:
·         Six sigma sebagai filosofi manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota perusahaan dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan memuaskan keiginan pelanggan, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
·         Six sigma sebagai sistem pengukuran
Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six sigma diterapkan untuk memperkecil variasi (sigma).
Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per Million Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran, akan dapat diketahui tingkat sigma.

Berikut contoh dari metode Six Sigma, yaitu:

·         DEFINE
Metodologi six sigma yang dikenal dengan DMAIC. Untuk yang pertama ini, mari berkenalan dengan fase DEFINE.
Langkah Utama Fase Define:
Ø  Identifikasi Masalah > Pendekatan yang paling tepat untuk menemukan permasalahan yang akan dijadikan proyek six sigma adalah top-down. Jadi, Steering Committee dan Champion mengidentifikasi dan memprioritaskan area untuk proyek perbaikannya.
Ø  Melengkapi Charter > Project Sponsor atau biasanya pemilik proses dan Green/Black Belt akan memperjelas ruang lingkup dan tujuan proyek dalam sebuah Project Charter.
Ø  Validasi Charter > Green Belt mengidentifikasi pelanggan dan persyaratan pelanggan, kemudian melakukan validasi atas ruang lingkup, asumsi, dan manfaat (benefit) dalam Project Charter.
Validasi charter meliputi:
§  SIPOC Map adalah singkatan dari Supplier Input Process Output and Customer. Peta SIPOC akan membantu kita dalam memahami batasan kerja kita, yang akan menjawab mengenal siapa pelanggan kita, apa kebutuhannya, proses apa saja yang terlibat, apa sumber daya yang dibutuhkan dan penyedia sumber daya tersebut.
§  Mengumpulkan Voice of Customer & Voice of Business yaitu mengumpulkan persyaratan utama dari proses dari sudut pandang pelanggan dan Process Owner.
§  Tentukan CCR dan CBR adalah finalisasi dan prioritaskan mana suara pelanggan atau bisnis yang paling kritikal.
§  Kuantifikasi CCR dan CBR yaitu setelah kia menemukan suara pelanggan yang paling kritikal, langkah selanjutnya adalah bagaimana menuangkan permintaan pelanggan tersebut ke dalam suatu metrik yang terukur.
Ø  Identifikasi Financial Benefit > Menjelaskan hubungan antara perbaikan operasional dengan manfaat financial. Biasanya di awal proyek banyak asumsi yang dipakai untuk menjustifikasi benefit saving ini. Yang terpenting dai tahapan ini adalah tingkat validitas sumber data dan formulasi perhitunganya(CTQ).
Ø  Finalisasi Fokus dari Proyek > Charter adalah dokumen hidup, anda bisa merevisi charter tersebut sesuai dengan keadaan aktual. Modifikasi Project Charter dengan memperhatikan informasi terbaru setelah proses validasi.
Ø  Define Gate Review > Pertemuan dengan Project Sponsor, Business Leadership, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan alignment dari fokus proyek dan ekspektasi manajemen.
 CONTOH : Perusahaan mengetahui permasalahan yang akan dihadapi dengan menyiapkan solusi terbaik.

·        MEASURE
Setelah kita berhasil menentukan permasalahan yang akan kita selesaikan, langkah selanjutnya adalah MEASURE. Tujuan dari fase ini adalah menetapkan baseline dari proyek secara akurat sehingga kita dapat membandingkannya terhadap hasil perbaikan dari proyek ini nantinya.
Aktivitas utama dalam fase ini:
Ø  Memetakan Proses > setelah kita mengidentifikasi batasan ruang lingkup proyek dalam SIPOC, langkah selanjutnya adalah memetakan proses secara lebih detail lagi. Langkah ini penting dilakukan untuk menentukan constraint, value, non-value-add, dan area fokus untuk perbaikan. Dari sini kita bisa mengidentifikasi quick wins dengan mengeliminasi waste yang ditemukan dalam proses. Tool yang biasa dipakai untuk memetakan proses ini adalah Value stream mapping.
Ø  Menentukan ukuran – ukuran untuk y dan x > mengidentifikasi ukuran yang perlu dikumpulkan di output yang diharapkan, proses inti yang membuat output, serta input daripada proses tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk membantu mengidentifikasi akar masalah.
Ø  Merencanakan pengambilan data > Setelah mendapatkan Y dan X, tim merencanakan pengambilan data. Penting untuk diingat dalam pengambilan data ini adalah jenis data yang akan diambil, karena berpengaruh terhadap teknik dan jumlah sampling sesuai. Selain itu mengidentifikasi siapa yang berhak melakukan sampling.
Ø  Validasi sistem pengukuran > Sistem pengukuran yang tidak tepat akan menyebabkan bias terhadap hasil, untuk itu perlu melakukan validasi sistem pengukuran. Apakah pengukuran yang kita punya saat ini sudah tepat dan akurat dalam memberikan informasi, baik untuk y maupun x. Tools yang umum dipakai adalah MSA.
Ø  Mengumpulkan data > setelah ada perencanaan yang jelas dan sistem pengukuran yang valid, tim mengumpulkan data sebagai baseline. Data biasanya dideskripsikan dalam bentuk grafik sehingga mempermudah kita dalam mendapatkan informasi yang sesuai. Tools yang umum dipakai adalah: control chart, capability analysis, sigma level.
Ø  Update Project Charter > update data pada project charter jika ada perubahan.
Ø  Measure Gate Review > Pertemuan dengan Project Sponsor, Business Leadership, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan alignment dari fokus proyek dan ekspektasi manajemen dan persetujuan atas baseline yang ditunjukkan tim.
CONTOH : Perusahaan melakukan perbaikan dan menyelesaikan masalah.
·         ANALYZE
Setelah kita mengumpulkan data, memvisualkan, mendapatkan baseline dan sigma level di fase Measure, langkah selanjutnya adalah fase Analyze. Tujuan di fase analyze ini kita akan menetapkan akar masalah (x’s) yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y.
Berikut adalah langkah-langkah utama dari fase Analyze:
Ø  Identifikasi x (akar masalah) > langkah ini untuk mencari kemungkinkan penyebab masalah (x) yang memiliki pengaruh pada y. Pada langkah ini brainstorming adalah alat yang paling efektif, untuk mempermudah proses brainstorming, tool yang dipakai adalah: Fishbone, 5 Why, dan NGT.
Ø  Prioritas X > langkah ini untuk mempersempit cakupan x yang akan dianalisa oleh tim. X yang akan diprioritaskan adalah yang memiliki pengaruh signifikan pada y. Tool yang dipakai untuk memprioritaskan X adalah Prioritization Matrix.
Ø  Validasi X > Dalam memvalidasi X terdapat dua cara/ pintu, yang pertama adalah pintu proses, yang kedua adalah pintu data. Berikut penjelasannya:
§  Analisa pada proses > identifikasi bottleneck dan constraint dalam sebuah proses dan memperhitungkan pengaruhnya pada produktivitas. Pada fase Measure lalu kita diminta untuk membuat Value Stream Mapping untuk mendapatkan potensi quick Win. Di fase Analyze Value Stream Mapping yang sama bisa dipakai untuk melihat time trap yang ada dalam proses. Sehingga kita bisa mengindikasi potensial root-cause dan memprioritaskan untuk membongkar constraint yang ada. Analisa pada proses bisa dilakukan secara Gemba, menemukan fakta yang ada pada lapangan.
§  Analisa pada data > Analisa pada data melibatkan penggunaan alat statistik untuk bisa menemukan korelasi atau hubungan atau pengaru X terhadap Y. Alat statistik yang biasa dipakai adalah: Korelas/Regresi, ANOVA, Hypothesis Testing dan Design of Experience.
Ø  Update Project Charter > update data pada project charter jika ada perubahan.
Ø  Analyze Gate Review > Pertemuan dengan Project Sponsor, Business Leadership/ champion, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan alignment dari fokus proyek dan ekspektasi manajemen dan persetujuan atas akar masalah dan solusi yang akan diambil tim.

·         IMPROVE
Setelah mendapatkan dan memvalidasi  akar permasalahan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Y, maka kita bersegera masuk ke fase Improve. Fase Improve terdiri dari dua hal yang mendasar yang pertama adalah mengidentifikasi dan memilih solusi. Bagian yang kedua adalah merencanakan dan mengimplementasi solusi.
Bagaimana langkah-langkah utama fase ini? Mari kita simak:
Ø  Generate Solution > Dari sumber penyebab Y yang signifikan divalidasi, para anggota tim mencari solusi permasalahan. Cara mencari solusi permasalahan bisa dari banyak sumber. Brainstorming, studi literatur, benchmark, atau meminta pendapat ahli pada proses tersebut. Cara kreatif seperti SCAMPER juga patut untuk dicoba.
Ø  Selected Solution > Dari berbagai usulan solusi yang ditampung, saatnya kita memilih mana yang akan kita implementasikan terlebih dahulu. Cara termudah untuk memprioritaskannya adalah dengan menggunakan Benefit – Effort matrix yang membandingkan antara dampak perbaikan dengan usaha yang diperlukan. Usaha yang paling minimal namun memberi dampak yang paling maksimal adalah solusi yang terbaik untuk kita implementasikan.
Ø  To Be Map > Kita menggambar ulang proses yang menjadi tujuan perbaikan kita. Tujuan dari dpetakannya proses yang baru ini untuk mendapatkan gambaran ke semua tim alur proses yang baru, daerah yang diperbaiki, dan untuk menganalisa apakah terdapat bottleneck atau constraint baru setelah implementasi solusi.
Ø  Work Plan > setelah kita mendapatkan solusi yang akan diimplemetasi, langkah selanjutnya adalah membuat rencana kerja. Rencana kerja dibuat secara spesifik yang menjelaskan tentang waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk implementasi.
Ø  Piloting > Sebelum menerapkan solusi lebih luas, kita perlu melakukan pengetesan, apakah usulan solusi yang akan kita implementasi benar-benar berpengaruh terhadap perubahan yang kita inginkan, maka itu perlu dilakukan piloting. Pilot juga bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara yang efisien dan efektif apabila solusi ini diimplementasi dalam skala yang lebih luas.
Ø  Evaluasi > Proses evaluasi dilakukan pada dua hal. Evaluasi terhadap rencana kerja (terhadap jadwal dan biaya) juga evaluasi terhadap hasil yaitu membandingkan data sebelum dan sesudah implementasi solusi.
·          CONTROL
Hal yang terpenting dalam melakukan Six Sigma terletak pada fase ini, CONTROL. Mempertahankan kemenangan memang lebih susah ketika kita mendapatkannya. Tujuan dari fase ini adalah memastikan implementasi menyeluruh dapat berjalan baik, sustainable (berke-sinambungan). Fase Control ini juga menjadi akhir dari keterlibatan aktif Tim dalam proyek.
Apa saja langkah-langkah utama dalam fase ini? Berikut penjelasannya:
Ø  Memastikan sustainability dari perbaikan > untuk bisa membuat proses perbaikan proses berjalan sesuai dengan yang diharapkan dalam jangka panjang, maka penting bagi kita untuk membuat sistem yang bisa meminimasi terjadinya kesalahan, atau dengan menciptakan mistake-proofing agar permasalahan yang sama tidak muncul.
Ø  Mengukur dan mengkomunikasikan hasil > setelah implementasi berjalan baik, hasil perbaikan terus diukur dan dipantau. Untuk lebih memudahkan proses pemantauan perlu kita buat sebuah dashboard monitoring hasil perbaikan yang berfungsi sebagai alat komunikasi tim kepada Steering Committee maupun kepada anggota organisasi lain terhadap profil dari output utama dari proyek perbaikan yang sudah selesai dijalankan.
Ø  SOP dan Control Plan > Membahas bagaimana cara menyusun Process Control Plan (reaction plan), menciptakan alat mistake proofing, hingga menyusun SOP untuk sustainability dari perbaikan yang telah dilakukan.
Ø  Serah Terima kepada Process Owner (pemilik proses) > langkah ini termasuk mengkomunikasikan SOP dan Control Plan.
Ø  Control Gate Review > Pertemuan dengan Project Sponsor, Business Leadership, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan alignment dari fokus proyek dan ekspektasi manajemen dan penyampaian progres akhir dan serah terima proyek.
Sedangkan hal-hal yang perlu diselesaikan ketika masuk dalam fase ini adalah:
Ø  Control Plan, Rencana Implementasi, SOP, Rencana Pelatihan, dsb. telah dikembangkan dan diimplementasikan.
Ø  Statistical Process Control atau mekanisme penelusuran lainnya disediakan yang bertujuan untuk memastikan perbaikan terpelihara.
Ø  Solusi Perbaikan telah menjadi bagian dari sistem di organisasi. Atau terintegrasi dalam pemantauan sehari-hari operator.
Ø  Perhitungan ulang Financial Impact telah dilakukan dan telah tervalidasi oleh Financial Departemen.
Ø  Rencana Serah Terima diimplementasikan dan dijalankan. Dan ini sebagai penutup dari proyek. Sebagian organisasi membuat selebrasi atas keberhasilan tim dalam proyek. Penghargaan yang bersifat moneter dan recognition diberikan dalam acara formal yang diserahkan langsung oleh manajemen akan mampu meningkatkan rasa kebangaan karyawan dan memotivasi yang lainnya untuk ikut berkontribusi terhadap aktivitas perbaikan ini.


Source By : http://kessvip.blogspot.co.id/2016/03/six-sigma.html