Kamis, 22 Oktober 2015

SoftSkill Teori Organisasi Umum 1 (Tugas 1)



Hal. 295- 305              
Perilaku Organisasi – Dasar-Dasar Ilmu Organisasi

kepada masalah nilai-nilai atau norma-norma kebudayaan ke dalam jiwa individu.

Proses pendidikan, interaksi dan pengembangan individu menjadi person yang mempunyai kepribadian atau personality. Dalam ilmu sosiologi, yang dimaksud dengan kepribadian adalah keseluruhan sikap. Pendapat lain mengatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap, kecenderungan dan perangai.

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor yang merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi kepribadian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian itu antara lain faktor kebudayaan, faktor keturunan, faktor lingkungan keluarga, dan faktor kelas sosial serta interaksi kelompok di luar lingkungan keluarga.

Untuk mengetahui kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan mengadakan test dan observasi pribadi.

1)      Test untuk mengukur sifat-sifat kepribadian seseorang disebut test kepribadian atau test psycho teknis. Test ini sudah banyak dipergunakan diberbagai lapangan untuk mengetahui sifat-sifat seseorang. Test ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang disebut daftar kepribadian (personality question atau personality inventores). Salah satu bentuk daftar pertanyaan kepribadian ialah yang disebut Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). Cara menjawab daftar pertanyaan tersebut dengan kata benar, salah, atau tidak dapat memberikan pernyataan sama sekali.

2)      Observasi pribadi, artinya observasi dari setiap orang pada dirinya sendiri dengan cara induksi. Dalam hal ini dituntut kejujuran dari setiap orang dalam melakukan penyelidikan pada diri sendiri. Dengan cara demikian akan diperoleh pengetahuan diri sendiri yang murni (objektif).

Untuk mengetahui kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan mempergunakan suatu pendekatan. Salah satu pendekatan yang dipergunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang ialah pendekatan ciri (trait approach). Ciri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ciri psikologis dan ciri fisik. Ciri psikologis ini berhubungan dengan kepribadian merupakan sifat yang melekat pada diri seseorang yang dapat mengarahkan perilaku seseorang untuk berbuat dengan cara yang konsisten dan khas. Sedang ciri fisik merupakan tanda yang khas yang melekat pada diri seseorang yang dapat dikenali secara lahiriah.


Belajar

Hilgar, ER, dalam buku Theoeries of Learning memberikan definisi tentang belajar sebagai berikut, “Learning is the process by which an activity originates or is changed throuk  training procedures as distinguished from changed by factors not atributable to training”. Terjemahan bebasnya adalah, “Belajar merupakan suatu proses timbulnya atau berubahnya tingkah laku melalui prosedur latihan, sebagai perbedaan dari perubahan oleh faktor-faktor yang tidak dapat digolongkan pada latihan.” Dari definisi tersebut selanjutnya dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

1)      Belajar merupakan salah suatu proses yang mendasari timbulnya dan terjadinya perubahan perilaku.
2)      Sabagai besar perilaku diperoleh melaui belajar.
3)      Dalam belajar ada perilaku yang timbul atau berubah, dan perubahan itu terjadi melalui prosedur latihan.
4)      Perubahan perilaku yang tidak melalui prosedur latihan tidak dapat dinamakan belajar. Misalnya perubahan perilaku yang disebabkan menang lotre, frustasi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.
Belajar sebagai faktor pembentuk perilaku didapatkan dari pendidikan, pengalaman dan keterampilan.


Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan secara sistematis yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.

Pendidikan dapat bersifat formal, non-formal dan informal. Pendidikan formal berlangsung di sekolah. Pendidikan non-formal ditempuh melalui kursus-kursus ketrampilan. Sedangkan pendidikan informal dilaksanakan di lingkungan keluarga (rumah tangga). Disini orang tua dituntut untuk ikut berperan serta dalam pendidikan.

Tujuan pendidikan tidak semata-mata pengalihan pengetahuan dan ketrampilan seseorang kepada orang lain, tetapi yang jauh lebih penting adalah pembinaan watak (character building) secara terinci yang diarahkan untuk:

1)      Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)      Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.
3)      Mempertinggi budi-pekerti dengan mengembangkan nilai-nilai moral dan etika.
4)      Memkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
5)      Menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangunkan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
6)      Mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional.
7)      Mengembangka kepekaan terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat pada umumnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam pembentukan perilaku.


Pengalaman
Yang dimaksud dengan pengalaman ialah keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam perjalanan hidup. Pengalaman manis maupun pahit memegang peran penting dalam rangka pembentukan perilaku yang bersifat positif. Pengalaman pahit dapat dijadikan bahan pelajaran, sebagai pendorong (motivasi) untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi segala sesuatu, lebih berani melakukan introspeksi.


Keterampilan
Yang dimaksud dengan ketrampilan adalah kemampuan teknis yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, tanpa banyak melibatkan orang lain. Ketrampilan diperoleh dengan cara, mempelajari dan mempraktekkannya. Dengan memiliki ketrampilan tertentu seseorang akan mudah untuk:

1)      Ditempatkan pada bidang yang sesuai dengan ketrampilannya.
2)      Menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
3)      Menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerja.
4)      Mengembanhkan karier, apabila ia mampu mempertahankan prestasi kerjanya.
5)      Mengatasi kesulitan yang dihadapi sepanjang menyangkut bidang tugas yang sesuai dengan ketrampilannya.

Hal-hal positif tersebut akan memberikan kepuasan dan ketenangan dalam bekerja. Perasaan puas akan mendorongnya untuk lebih giat bekerja dan disiplin yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitasnya kepada organisasi.




 MOTIVASI DAN PERILAKU

Dari segi prestasi kerja, orang yang berada di dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu mereka yang mampu berprestasi dan yang kurang berprestasi. Prestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adalah faktor kebutuhan, faktor usaha dan kemampuan, faktor lingkungan kerja dan faktor kepemimpinan.

Kebutuhan atau needs dapat dipandang sebagai pembangkit dan penggerak perilaku. Maksudnya jika terdapat kekurangan akan kebutuhan, maka orang akan lebih peka terhadap motivasi. Kekurangan itu dapat bersifat fiologis (makanan, pakaian, dan tempat tinggal), psikologis (pengakuan atau penghargaan) dan sosial (berkelompok). Dan jika kebutuhan terpenuhi maka akan memberikan motivasi kepada seseorang untuk berprestasi lebih baik. Oleh karena itu motivasi utama seseorang masuk menjadi anggota suatu organisasi (menjadi manusia organisasi) adalah untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut.

Dalam hal demikian dinamakan need directed behavior, yaitu perilaku yang diarah untuk memenuhi kebutuhan.

Usaha dan kemampuan merupakan variabel yang saling berhubungan. Usaha (effort) merupakan tenaga yang dikeluarkan seseorang waktu melakukan kegiatan. Sedang kemampuan (ability) merupakan kecakapan seseorang (kecerdasan, ketrampilan) dalam memecahkan persoalan.

Lingkungan kerja merupakan variabel yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap motivasi kerja seseorang. Yang termasuk dalam lingkungan kerja antara lain kondisi kerja dan keamanaan dalam pekerjaan.

Kondisi kerja dikatakan apabila memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, baik kondisi fisik maupun kondisi psikologis. Kondisi fisik berhubungan dengan keadaan gedung, ruang kerja, ventilasi dan sebagainya. Sedang kondisi psikologis adalah kondisi kerja yang dapat memberikan psikologis kepada para anggota, misalnya adanya hubungan yang harmonis, kesempatan untuk maju, dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan keamanan dalam pekerjaan ialah terjaminnya keselamatan kerja selama melaksanakan tugas. Pada dasarnya setiap anggota organisasi menghendaki adanya jaminan keselamatan kerja. Berbagai macam bentuk keamanan kerja, misalnya perlakuan yang adil dan manusiawi, aman dari segala macam bentuk pemustusan kerja, dan ama dari segala macam tuduhan dan hinaan.

Faktor kepemimpinan lebih menekankan faktor kesetiaan atau loyalitas pimpinan terhadap anggota. Untuk menunjukkan kesetiaannya kepada para anggota, pimpinan dapat menempuh berbagai cara, misalnya dengan kunjungan ke rumah para anggota, menghadiri upacara apabila mereka mengadakan upacara penting (khitanan), dan sebagainya.

Antara masing-masing variabel yang telah diuraikan di atas sebenarnya saling berkaitan, saling mempengaruhi, yang apabila terpenuhi maka akan menumbuhkan kepuasan pada anggota organisasi. Kepuasan akan memberikan dorongan kepada seseorang untuk berprestasi lebih baik.



TEORI MOTIVASI

Motif merupakan penggerak, alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan orang berbuat sesuatu. Oleh karena itu motif memberikan tujuan dan arah pada perilaku seseorang.
Ada beberapa teori motivasi yang mencoba menerangkan bagaimana hubungan antara perilaku dengan hasil yang dicapai dari perilaku tersebut. Setiap perilaku mempunyai dasar atau alasan tertentu. Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut (Sutarto;1984,275):
1)      Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi.
2)      Sebuah perilaku dapat pula dilandasi oleh sebuah motivasi.
3)      Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama.
4)      Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda.
5)      Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama.
6)      Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda.
Ada beberapa teori motivasi, yaitu sebagai berikut:
1)      Teori hirarki kebutuhan dari Maslow.
2)      Teori dua faktor dari Herzberg.
3)      Teori prestasi dari Mccelland.
4)      Teori harapan.
5)      Teori keadilan.
6)      Teori Klasik dari FW Taylor.
7)      Teori human relations.

Masing-masing teori itu akan dibahas secara singkat di dalam buku ini.



TEORI HIRARKI KEBUTUHAN DARI MASLOW

Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa seseorang berperilaku tertentu didorong oleh berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhinya. Lima macam kebutuhan menurut Maslow ialah sebagai berikut:

1)      Kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs), yang dapat dimanifestasikan dalam hal kebutuhan kan makan, minum, pakaian.
2)      Kebutuhan akan rasa aman (safety and security needs), misalnya dalam bentuk kebutuhan akan kebebasan dari segala macam ancaman.
3)      Kebutuhan sosial dan rasa memiliki (sosial and belongingness).Misalnya adalah kebutuhan akan berkelompok (teman), dicintai dan mencintai.
4)      Kebutuhan akan penghargaan atau prestige (esteem needs): kebutuhan ingin dihargai.
5)      Kebutuhan untuk memprtinggi kapasitas kerja (self actialization), yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan menggunakan kemampuan.

Menurut Malsow, orang cenderung berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih rendah sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah fisiologis, dan kebutuhan yang paling tinggi adalah mempertinggi kapasitas kerja. Jika semakin tinggi kepuasan terpenuhi, semakin rendah daya motivasinya, sebaliknya semakin rendah kepuasan terpenuhi, semakin tinggi daya motivasinya.

Namun ada kecenderung bahwa semakin rendah tingkat kebutuhan maka semakin tinggi kepuasan dapat terpenuhi, sebaliknya semakin tinggi tingkat kebutuhan maka semakin rendah tingkat kepuasan terpenuhi.


source by : Buku ke 1 "Dasar-dasar Ilmu Organisasi" Drs. Ig. Wursanto, Penerbit ANDI YOGYAKARTA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar