Hal.
295- 305
Perilaku
Organisasi – Dasar-Dasar Ilmu Organisasi
kepada masalah nilai-nilai atau norma-norma
kebudayaan ke dalam jiwa individu.
Proses pendidikan,
interaksi dan pengembangan individu menjadi person yang mempunyai kepribadian
atau personality. Dalam ilmu
sosiologi, yang dimaksud dengan kepribadian adalah keseluruhan sikap. Pendapat
lain mengatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap,
kecenderungan dan perangai.
Kepribadian dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi
kepribadian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian itu antara lain
faktor kebudayaan, faktor keturunan, faktor lingkungan keluarga, dan faktor
kelas sosial serta interaksi kelompok di luar lingkungan keluarga.
Untuk mengetahui
kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
mengadakan test dan observasi pribadi.
1) Test
untuk mengukur sifat-sifat kepribadian seseorang disebut test kepribadian atau test
psycho teknis. Test ini sudah banyak dipergunakan diberbagai lapangan untuk
mengetahui sifat-sifat seseorang. Test ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang disebut daftar
kepribadian (personality question
atau personality inventores). Salah
satu bentuk daftar pertanyaan kepribadian ialah yang disebut Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI).
Cara menjawab daftar pertanyaan tersebut dengan kata benar, salah, atau tidak
dapat memberikan pernyataan sama sekali.
2) Observasi
pribadi, artinya observasi dari setiap orang pada dirinya sendiri dengan cara
induksi. Dalam hal ini dituntut kejujuran dari setiap orang dalam melakukan
penyelidikan pada diri sendiri. Dengan cara demikian akan diperoleh pengetahuan
diri sendiri yang murni (objektif).
Untuk mengetahui
kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan mempergunakan suatu pendekatan.
Salah satu pendekatan yang dipergunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang
ialah pendekatan ciri (trait approach). Ciri dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu ciri psikologis
dan ciri fisik. Ciri psikologis ini
berhubungan dengan kepribadian merupakan sifat yang melekat pada diri seseorang
yang dapat mengarahkan perilaku seseorang untuk berbuat dengan cara yang
konsisten dan khas. Sedang ciri fisik merupakan tanda yang khas yang melekat
pada diri seseorang yang dapat dikenali secara lahiriah.
Belajar
Hilgar, ER, dalam buku
Theoeries of Learning memberikan definisi tentang belajar sebagai berikut,
“Learning is the process by which an activity originates or is changed
throuk training procedures as
distinguished from changed by factors not atributable to training”. Terjemahan
bebasnya adalah, “Belajar merupakan suatu proses timbulnya atau berubahnya
tingkah laku melalui prosedur latihan, sebagai perbedaan dari perubahan oleh
faktor-faktor yang tidak dapat digolongkan pada latihan.” Dari definisi
tersebut selanjutnya dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Belajar
merupakan salah suatu proses yang mendasari timbulnya dan terjadinya perubahan
perilaku.
2) Sabagai
besar perilaku diperoleh melaui belajar.
3) Dalam
belajar ada perilaku yang timbul atau berubah, dan perubahan itu terjadi
melalui prosedur latihan.
4) Perubahan
perilaku yang tidak melalui prosedur latihan tidak dapat dinamakan belajar.
Misalnya perubahan perilaku yang disebabkan menang lotre, frustasi,
minum-minuman keras, dan lain sebagainya.
Belajar sebagai faktor
pembentuk perilaku didapatkan dari pendidikan, pengalaman dan keterampilan.
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu
usaha yang dilakukan secara sadar dan secara sistematis yang berlangsung
terus-menerus seumur hidup.
Pendidikan dapat
bersifat formal, non-formal dan informal. Pendidikan formal berlangsung di
sekolah. Pendidikan non-formal ditempuh melalui kursus-kursus ketrampilan.
Sedangkan pendidikan informal dilaksanakan di lingkungan keluarga (rumah
tangga). Disini orang tua dituntut untuk ikut berperan serta dalam pendidikan.
Tujuan pendidikan tidak
semata-mata pengalihan pengetahuan dan ketrampilan seseorang kepada orang lain,
tetapi yang jauh lebih penting adalah pembinaan watak (character building) secara terinci yang diarahkan untuk:
1) Meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan.
3) Mempertinggi
budi-pekerti dengan mengembangkan nilai-nilai moral dan etika.
4) Memkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
5) Menumbuhkan
manusia-manusia pembangun yang dapat membangunkan dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
6) Mengembangkan
kemampuan berpikir secara rasional.
7) Mengembangka
kepekaan terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat pada umumnya.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam pembentukan perilaku.
Pengalaman
Yang dimaksud dengan
pengalaman ialah keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang dari
peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam perjalanan hidup. Pengalaman manis
maupun pahit memegang peran penting dalam rangka pembentukan perilaku yang
bersifat positif. Pengalaman pahit dapat dijadikan bahan pelajaran, sebagai
pendorong (motivasi) untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi segala
sesuatu, lebih berani melakukan introspeksi.
Keterampilan
Yang dimaksud dengan
ketrampilan adalah kemampuan teknis yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan tertentu, tanpa banyak melibatkan orang lain. Ketrampilan
diperoleh dengan cara, mempelajari dan mempraktekkannya. Dengan memiliki
ketrampilan tertentu seseorang akan mudah untuk:
1) Ditempatkan
pada bidang yang sesuai dengan ketrampilannya.
2) Menyesuaikan
diri dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
3) Menyesuaikan
diri dengan lingkungan tempat kerja.
4) Mengembanhkan
karier, apabila ia mampu mempertahankan prestasi kerjanya.
5) Mengatasi
kesulitan yang dihadapi sepanjang menyangkut bidang tugas yang sesuai dengan
ketrampilannya.
Hal-hal positif
tersebut akan memberikan kepuasan dan ketenangan dalam bekerja. Perasaan puas
akan mendorongnya untuk lebih giat bekerja dan disiplin yang pada akhirnya akan
meningkatkan loyalitasnya kepada organisasi.
MOTIVASI DAN PERILAKU
Dari segi prestasi
kerja, orang yang berada di dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu mereka yang mampu berprestasi dan yang kurang berprestasi.
Prestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adalah faktor kebutuhan, faktor
usaha dan kemampuan, faktor lingkungan kerja dan faktor kepemimpinan.
Kebutuhan atau needs dapat dipandang sebagai pembangkit
dan penggerak perilaku. Maksudnya jika terdapat kekurangan akan kebutuhan, maka
orang akan lebih peka terhadap motivasi. Kekurangan itu dapat bersifat fiologis
(makanan, pakaian, dan tempat tinggal), psikologis (pengakuan atau penghargaan)
dan sosial (berkelompok). Dan jika kebutuhan terpenuhi maka akan memberikan
motivasi kepada seseorang untuk berprestasi lebih baik. Oleh karena itu
motivasi utama seseorang masuk menjadi anggota suatu organisasi (menjadi
manusia organisasi) adalah untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut.
Dalam hal demikian
dinamakan need directed behavior,
yaitu perilaku yang diarah untuk memenuhi kebutuhan.
Usaha dan kemampuan
merupakan variabel yang saling berhubungan. Usaha (effort) merupakan tenaga yang dikeluarkan seseorang waktu melakukan
kegiatan. Sedang kemampuan (ability)
merupakan kecakapan seseorang (kecerdasan, ketrampilan) dalam memecahkan persoalan.
Lingkungan kerja
merupakan variabel yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap motivasi kerja
seseorang. Yang termasuk dalam lingkungan kerja antara lain kondisi kerja dan
keamanaan dalam pekerjaan.
Kondisi kerja dikatakan
apabila memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, baik
kondisi fisik maupun kondisi psikologis. Kondisi fisik berhubungan dengan
keadaan gedung, ruang kerja, ventilasi dan sebagainya. Sedang kondisi
psikologis adalah kondisi kerja yang dapat memberikan psikologis kepada para
anggota, misalnya adanya hubungan yang harmonis, kesempatan untuk maju, dan
sebagainya.
Yang dimaksud dengan
keamanan dalam pekerjaan ialah terjaminnya keselamatan kerja selama
melaksanakan tugas. Pada dasarnya setiap anggota organisasi menghendaki adanya
jaminan keselamatan kerja. Berbagai macam bentuk keamanan kerja, misalnya
perlakuan yang adil dan manusiawi, aman dari segala macam bentuk pemustusan
kerja, dan ama dari segala macam tuduhan dan hinaan.
Faktor kepemimpinan
lebih menekankan faktor kesetiaan atau loyalitas pimpinan terhadap anggota. Untuk
menunjukkan kesetiaannya kepada para anggota, pimpinan dapat menempuh berbagai
cara, misalnya dengan kunjungan ke rumah para anggota, menghadiri upacara
apabila mereka mengadakan upacara penting (khitanan), dan sebagainya.
Antara masing-masing
variabel yang telah diuraikan di atas sebenarnya saling berkaitan, saling
mempengaruhi, yang apabila terpenuhi maka akan menumbuhkan kepuasan pada
anggota organisasi. Kepuasan akan memberikan dorongan kepada seseorang untuk
berprestasi lebih baik.
TEORI MOTIVASI
Motif merupakan
penggerak, alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan
orang berbuat sesuatu. Oleh karena itu motif memberikan tujuan dan arah pada
perilaku seseorang.
Ada beberapa teori
motivasi yang mencoba menerangkan bagaimana hubungan antara perilaku dengan
hasil yang dicapai dari perilaku tersebut. Setiap perilaku mempunyai dasar atau
alasan tertentu. Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam
enam variasi berikut (Sutarto;1984,275):
1) Sebuah
perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi.
2) Sebuah
perilaku dapat pula dilandasi oleh sebuah motivasi.
3) Perilaku
yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama.
4) Perilaku
yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda.
5) Perilaku
yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama.
6) Perilaku
yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda.
Ada beberapa teori motivasi, yaitu sebagai berikut:
1) Teori
hirarki kebutuhan dari Maslow.
2) Teori
dua faktor dari Herzberg.
3) Teori
prestasi dari Mccelland.
4) Teori
harapan.
5) Teori
keadilan.
6) Teori
Klasik dari FW Taylor.
7) Teori
human relations.
Masing-masing teori itu
akan dibahas secara singkat di dalam buku ini.
TEORI HIRARKI KEBUTUHAN DARI MASLOW
Teori ini pada dasarnya
menyatakan bahwa seseorang berperilaku tertentu didorong oleh berbagai macam
kebutuhan yang harus dipenuhinya. Lima macam kebutuhan menurut Maslow ialah
sebagai berikut:
1) Kebutuhan
yang bersifat fisiologis (physiological
needs), yang dapat dimanifestasikan dalam hal kebutuhan kan makan, minum,
pakaian.
2) Kebutuhan
akan rasa aman (safety and security needs),
misalnya dalam bentuk kebutuhan akan kebebasan dari segala macam ancaman.
3) Kebutuhan
sosial dan rasa memiliki (sosial and
belongingness).Misalnya adalah kebutuhan akan berkelompok (teman), dicintai
dan mencintai.
4) Kebutuhan
akan penghargaan atau prestige (esteem needs): kebutuhan ingin dihargai.
5) Kebutuhan
untuk memprtinggi kapasitas kerja (self
actialization), yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan
menggunakan kemampuan.
Menurut Malsow, orang
cenderung berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih rendah sebelum memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah fisiologis,
dan kebutuhan yang paling tinggi adalah mempertinggi kapasitas kerja. Jika
semakin tinggi kepuasan terpenuhi, semakin rendah daya motivasinya, sebaliknya
semakin rendah kepuasan terpenuhi, semakin tinggi daya motivasinya.
Namun ada kecenderung
bahwa semakin rendah tingkat kebutuhan maka semakin tinggi kepuasan dapat
terpenuhi, sebaliknya semakin tinggi tingkat kebutuhan maka semakin rendah
tingkat kepuasan terpenuhi.
source by : Buku ke 1 "Dasar-dasar Ilmu Organisasi" Drs. Ig. Wursanto, Penerbit ANDI YOGYAKARTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar